Bismillahirrahmanirrahim
Wahai Saudaraku yang dikasihi Allah.
P'jalanan dakwah yang kita lalui ini bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi kegemerlapan dan kesenangan. Ia merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan dan rintangan berat.
Telah banyak sejarah orang-orang terdahulu sebelum kita yang merasakan manis getirnya perjalanan dakwah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang harus berpisah kaum kerabatnya. Ada pula yang diusir dari kampung halamannya. Dan sederetan kisah perjuangan lainnya yang telah mengukir bukti dari pengorbanannya dalam jalan dakwah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan terhadap dakwah.
Cobalah kita tengok kisah Dzatur Riqa’ yang dialami sahabat Abu Musa Al Asy’ari dan para sahabat lainnya –semoga Allah swt. meridhai mereka. Mereka telah merasakannya hingga kaki-kaki mereka robek dan kuku tercopot. Namun mereka tetap mengarungi perjalanan itu tanpa mengeluh sedikitpun. Bahkan, mereka malu untuk menceritakannya karena keikhlasan dalam perjuangan ini. Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanan dan menjadi tinta emas sejarah umat dakwah ini. Buat selamanya.
Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan dakwah ini menjadi suri teladan bagi kita sekalian. Karena kontribusi yang telah mereka sumbangkan untuk dakwah ini tumbuh bersemi. Dan, kita pun dapat memanen hasilnya dengan gemilang. Kawasan Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah mengalami populasi dalam jumlah besar. Semua itu karunia yang Allah swt. berikan melalui kesungguhan dan kesetiaan para pendahulu dakwah ini. Semoga Allah meridhai mereka.
Duhai saudaraku yang dirahmati Allah swt.
Renungkanlah pengalaman mereka sebagaimana yang difirmankan Allah swt. dalam surat At-Taubah: 42.
Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu. Tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka, mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, “Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu.” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya kesetiaanlah yang dapat mengokohkan perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa patriotik untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran. Demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.
Saudaraku seperjuangan yang dikasihi Allah swt.
Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu per satu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan.
Penyakit wahan telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai risiko dan sunnah dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan dakwah tidaklah harus mengalami kesulitan.
Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At-Taubah: 45-46)
Kesetiaan yang ada pada mereka merupakan indikasi kuat daya tahannya yang tangguh dalam dakwah ini. Sikap ini membuat mereka stand by menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya, ia senantiasa berada pada posnya tanpa ingin meninggalkannya sekejap pun. Atau bila ditempatkan pada bagian belakang, ia akan berada pada tempatnya tanpa berpindah-pindah. Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw. dalam beberapa riwayat tentang prajurit yang baik.
Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah.
Marilah kita telusuri perjalanan dakwah Abdul Fattah Abu Ismail, salah seorang murid Imam Hasan Al Banna yang selalu menjalankan tugas dakwahnya tanpa keluhan sedikitpun. Dialah yang disebutkan Hasan Al Banna orang yang sepulang dari tempatnya bekerja sudah berada di kota lain untuk memberikan ceramah kemudian berpindah tempat lagi untuk mengisi pengajian dari waktu ke waktu secara maraton. Ia selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain untuk menunaikan amanah dakwah. Sesudah menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya, ia merupakan orang yang pertama kali datang ke tempatnya bekerja. Malah, ia yang membukakan pintu gerbangnya.
Pernah ia mengalami keletihan hingga tertidur di sofa rumah Zainab Al-Ghazali. Melihat kondisi tubuhnya yang lelah dan penat itu, tuan rumah membiarkan tamunya tertidur sampai bangun. Setelah menyampaikan amanah untuk Zainab Al Ghazali, Abdul Fattah Abu Ismail pamit untuk ke kota lainnya. Karena keletihan yang dialaminya, Zainab Al Ghazali memberikan ongkos untuk naik taksi. Abdul Fattah Abu Ismail mengembalikannya sambil mengatakan, “Dakwah ini tidak akan dapat dipikul oleh orang-orang yang manja.” Zainab pun menjawab, “Saya sering ke mana-mana dengan taksi dan mobil-mobil mewah, tapi saya tetap dapat memikul dakwah ini dan saya pun tidak menjadi orang yang manja terhadap dakwah. Karena itu, pakailah ongkos ini, tubuhmu letih dan engkau memerlukan istirahat sejenak.” Ia pun menjawab, “Berbahagialah ibu. Ibu telah berhasil menghadapi ujian Allah swt. berupa kenikmatan-kenikmatan itu. Namun, saya khawatir saya tidak dapat menghadapinya sebagaimana sikap ibu. Terima kasih atas kebaikan ibu. Biarlah saya naik kenderaan umum saja.”
Duhai saudaraku yang dimuliakan Allah swt.
Itulah contoh orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada dakwah lantaran keyakinannya terhadap janji-janji Allah swt. Janji yang tidak akan pernah dipungkiri sedikit pun. Allah swt. telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beriman yang setia pada jalan dakwah berupa berbagai anugerah-Nya. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)- mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al-Anfal: 29)
Dengan janji Allah swt. tersebut, orang-orang beriman tetap bertahan mengarungi jalan dakwah ini. Dan mereka pun tahu bahwa perjuangan yang berat itu sebagai kunci untuk mendapatkannya. Semakin berat perjuangan ini semakin besar janji yang diberikan Allah swt. kepadanya. Kesetiaan yang bersemayam dalam diri mereka itulah yang membuat mereka tidak akan pernah menyalahi janji-Nya. Dan, mereka pun tidak akan pernah mau merubah janji kepada-Nya.
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya). (Al Ahzab: 23)
Wahai ikhwah kekasih Allah swt.
Pernah seorang pejuang Palestina yang telah berlama-lama meninggalkan kampung halaman dan keluarganya untuk membuat mencari dukungan dunia dan dana diwawancarai. “Apa yang membuat Anda dapat berlama-lama meninggalkan keluarga dan kampung halaman?” Jawabnya, karena perjuangan. Dan, dengan perjuangan itu kemuliaan hidup mereka lebih berarti untuk masa depan bangsa dan tanah airnya. “Kalau bukan karena dakwah dan perjuangan, kami pun mungkin tidak akan dapat bertahan,” ungkapnya lirih.
Wahai saudaraku seiman dan seperjuangan
Aktivis dakwah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada dirinyalah yang membuat mereka kuat menghadapi berbagai rintangan dakwah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai risiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang terdahulu dalam perjalanan dakwah ini, belumlah seberapa. Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk dakwah. Pengorbanan tenaga dalam amal khairiyah untuk kepentingan dakwah. Pengorbanan sebagian kecil dari harta kita yang banyak. Dan bentuk pengorbanan ecek-ecek lainnya yang telah kita lakukan. Cuba lihatlah pengorbanan orang-orang terdahulu, ada yang disisir dengan sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor kuda yang berlawanan arah, lalu kuda itu dipukul untuk lari sekencang-kencangnya hingga robeklah orang itu. Ada pula yang dibakar dengan tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena kesabaran yang ada pada dirinya.
Kesabaran adalah kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Allah swt.
Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146)
Bila kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah brilian yang telah menyuburkan dakwah ini. Muncullah pertanyaan besar yang harus kita tujukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai dakwah ini menjadi subur dengan perjuangan yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi yang hilang dalam sejarah dakwah ini.
Ingat, dakwah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang yang manja.
Militansi aktivis dakah merupakan kendaraan yang akan menghantarkan kepada kesuksesan. Semoga Allah menghimpun kita dalam kebaikan.
Militansi aktivis dakah merupakan kendaraan yang akan menghantarkan kepada kesuksesan. Semoga Allah menghimpun kita dalam kebaikan.
allahua'lam..
******************************************************************
.:BUATMU PEJUANG:.
hari ini hatiku tergerak menyapa,
tersapa membicara tentangmu,
kerna jiwa ini sudah bosan dengan mainan lakonanmu,
gah berdiri dihadapan manusia,
dengan hebatnya dalil tuhanmu,
dengan main kata-kata seiring dusta,
mencorak insan yang hanya tipuan belaka,
dan nantikanlah suatu masa
dihadapan tuhanmu untuk berbicara..
wahai pengelar pejuang,
kau kata hidupmu kerna yang Atas,
kau bicara cita-citamu syahid dijalanNya,
kau ungkap dirimu, hanya untuk jihad kepadaNya,
namun wahai pengelar pejuang,
angananmu itu kosong belaka,
hanya debu yang berterbangan,
dibawa angin lakonan,
kerna kau sebenarnya patung hidup,
yang berbicarakan kosong,
dengan jiwa yang lompong..
dengarlah pejuang,
tatkala kau hebat bermain dimedanmu,
di saat kau berbicara petah membenarkan hadis Rasulmu,
kau sudah lupa akan dirimu,
membiarkan dirimu terkapai-kapai,
terumbang ambing dibawa kealpaan,
hanya kerna satu hamparan ujian, diberi kabar keduniaan,
hingga kau lentuk dengan bayangan keindahan,
dibuai bisikan si laknat yang durjana,
hingga kau tersujud melayan cinta leka,
membuai si nafsu saat itu menjadi tuhan,
tanpa ingat akan dalilmu jua,
yang kau bicara dahulu,
pada insan yang bernama manusia,
dengan gahnya kau bernama pejuang..
yang sebenarnya hanya sia-sia...
pasang pemikiranmu wahai pelakon kosong,
dalam masa kau petah berbicara mencorak ummat,
dalam masa kau hebat membetulkan kesalahan insan,
dalam masa lidahmu mengatakan aku pejuang,
sedarkah dirimu kau hanya penentang dirimu sendiri,
kau hanyalah insan yang merobek tubuhmu sendiri,
kau hanyalah jiwa yang membunuh jiwamu sendiri,
kerna apa wahai pelakon kosong,
kau hanya pandai berbicara tanpa berbuat,
kata-katamu pada manusia tidak pernah seiring perbuatanmu,
dalil tuhanmu pada manusia tidak mengambarkan dirimu,
kerna wahai pejuang, kau sebenarnya hanyalah seorang pelakon kosong,
yang membodohkan dirimu sendiri,
yang menyumbat hatimu saat mengetahui ayat yang Maha hidup,
iaitu "wahai orang beriman,mengapa kamu berkata,
tetapi kamu tidak melakukan?"
telitikan ini wahai pembunuh diri,
saat tuhanmu mengujimu dengan dunia,
mulalah kau menjadi lupa,
diberi harta, anak dan isteri untuk menghias hidup,
tapi kau jadikan ia tujuan hidup,
kau sudah lupa urusan dakwahmu,
kau terleka dibuai cinta si pesona dunia,
kau termakan dengan harapan si cahaya,
kau tertidur mengejar si harta dunia,
hingga hilang pemikiran dakwahmu,
hingga hilang izzah kehidupan pejuangmu,
apa ini wahai pejuang? inikah perjuanganmu?,
mana letaknya janji-janji manismu?
inikah yang kau katakan cita-citamu?
sungguh Allahlah sebaik-baik pembalas wahai dai,
bukankah firman tuhanmu jelas yang mereka pemfitnah,
kau juga yang sentiasa ingatkan manusia,
tapi kau alpa dengannya,
mengejar mimpi ke arah neraka,
hingga hilang arah ke syurga...
perhatikan ini wahai si penipu diri,
aku bosan dengan jalan layar tipuanmu,
yang pandai menipu manusia dengan lakonanmu,
yang hebat didepan pentas keduniaan,
yang dihadapan insan, teratur sekali ibadahmu,
di hadapan insan, gah sekali dirian solatmu,
di hadapan insan, hebat sekali dalil tuhanmu,
hinggakan si alam juga terpukau melihat lakonanmu,
tapi bila di belakang insan,
mulalah terbuka tembelang si penipu diri,
di belakang insan mula terlerai aturan ibadahmu,
di belakang insan mula hilang kusyuk solatmu,
di belakang insan mula hancur binaan imanmu,
hingga membenarkan kau sebagai pembohong ummat..
dan wahai pengelar pejuang,
wahai pelakon kosong,
wahai penipu diri,
hatiku sentiasa sedih dengan karaktermu,
sering hampa dengan lakonan tipuan dirimu,
sering lemah melihat mainan cinta teratasmu,
hingga terkadang menitis air mata memikirkan dirimu,
yang hanya suratannya indah tapi siratannya punah..
tapi wahai pejuang,
kata-kataku bak bilahan pedang yang tajam dihadapanku,
yang sentiasa menanti untuk menikamku semula,
kerna aku jua wahai pejuang,
adalah sepertimu,
memikul urusan ummat dibahuku,
hingga cukup takut dengan diriku,
andai diri ini hanya menjadi pengelar,
andai diri ini hanya menjadi pelakon,
andai diri ini hanya menjadi penipu diri..
namun wahai pejuang,
aku juga mengetahui fitrahnya insan terleka,
lumrahnya manusia itu pelupa,
tapi itu bukan alasannya, malah sebagai pengingat alpa,
untuk tidak menyamai lagi dengan pengelar itu,
yang hanya pandai mengelar dirinya pejuang,
untuk tidak menyamai lagi dengan pelakon itu,
yang hanya suka berlakon kosong dihadapan manusia,
untuk tidak menyamai lagi dengan penipu itu,
yang hanya hebat menipu diri sendiri,
tapi wahai pencinta kebenaran,
jadikan dirimu bak cahaya suci yang memberi sinar erti pejuang,
jadikan dirimu seperti rama-rama yang menghiasi dihati ummat,
jadikan dirimu seakan manusia yang berdiri teguh,
memandang tepat ke arah syurgaNya,
dengan mengalir darah cinta teratas,
tanpa pernah merasa tempias keduniaan,
sambil berkata...
aku menjual diri ini untukMu, wahai kekasih hati..
saksikan cintaku untuk agamaMu....
ayuh selamatkan ummatmu wahai pejuang...
tersapa membicara tentangmu,
kerna jiwa ini sudah bosan dengan mainan lakonanmu,
gah berdiri dihadapan manusia,
dengan hebatnya dalil tuhanmu,
dengan main kata-kata seiring dusta,
mencorak insan yang hanya tipuan belaka,
dan nantikanlah suatu masa
dihadapan tuhanmu untuk berbicara..
wahai pengelar pejuang,
kau kata hidupmu kerna yang Atas,
kau bicara cita-citamu syahid dijalanNya,
kau ungkap dirimu, hanya untuk jihad kepadaNya,
namun wahai pengelar pejuang,
angananmu itu kosong belaka,
hanya debu yang berterbangan,
dibawa angin lakonan,
kerna kau sebenarnya patung hidup,
yang berbicarakan kosong,
dengan jiwa yang lompong..
dengarlah pejuang,
tatkala kau hebat bermain dimedanmu,
di saat kau berbicara petah membenarkan hadis Rasulmu,
kau sudah lupa akan dirimu,
membiarkan dirimu terkapai-kapai,
terumbang ambing dibawa kealpaan,
hanya kerna satu hamparan ujian, diberi kabar keduniaan,
hingga kau lentuk dengan bayangan keindahan,
dibuai bisikan si laknat yang durjana,
hingga kau tersujud melayan cinta leka,
membuai si nafsu saat itu menjadi tuhan,
tanpa ingat akan dalilmu jua,
yang kau bicara dahulu,
pada insan yang bernama manusia,
dengan gahnya kau bernama pejuang..
yang sebenarnya hanya sia-sia...
pasang pemikiranmu wahai pelakon kosong,
dalam masa kau petah berbicara mencorak ummat,
dalam masa kau hebat membetulkan kesalahan insan,
dalam masa lidahmu mengatakan aku pejuang,
sedarkah dirimu kau hanya penentang dirimu sendiri,
kau hanyalah insan yang merobek tubuhmu sendiri,
kau hanyalah jiwa yang membunuh jiwamu sendiri,
kerna apa wahai pelakon kosong,
kau hanya pandai berbicara tanpa berbuat,
kata-katamu pada manusia tidak pernah seiring perbuatanmu,
dalil tuhanmu pada manusia tidak mengambarkan dirimu,
kerna wahai pejuang, kau sebenarnya hanyalah seorang pelakon kosong,
yang membodohkan dirimu sendiri,
yang menyumbat hatimu saat mengetahui ayat yang Maha hidup,
iaitu "wahai orang beriman,mengapa kamu berkata,
tetapi kamu tidak melakukan?"
telitikan ini wahai pembunuh diri,
saat tuhanmu mengujimu dengan dunia,
mulalah kau menjadi lupa,
diberi harta, anak dan isteri untuk menghias hidup,
tapi kau jadikan ia tujuan hidup,
kau sudah lupa urusan dakwahmu,
kau terleka dibuai cinta si pesona dunia,
kau termakan dengan harapan si cahaya,
kau tertidur mengejar si harta dunia,
hingga hilang pemikiran dakwahmu,
hingga hilang izzah kehidupan pejuangmu,
apa ini wahai pejuang? inikah perjuanganmu?,
mana letaknya janji-janji manismu?
inikah yang kau katakan cita-citamu?
sungguh Allahlah sebaik-baik pembalas wahai dai,
bukankah firman tuhanmu jelas yang mereka pemfitnah,
kau juga yang sentiasa ingatkan manusia,
tapi kau alpa dengannya,
mengejar mimpi ke arah neraka,
hingga hilang arah ke syurga...
perhatikan ini wahai si penipu diri,
aku bosan dengan jalan layar tipuanmu,
yang pandai menipu manusia dengan lakonanmu,
yang hebat didepan pentas keduniaan,
yang dihadapan insan, teratur sekali ibadahmu,
di hadapan insan, gah sekali dirian solatmu,
di hadapan insan, hebat sekali dalil tuhanmu,
hinggakan si alam juga terpukau melihat lakonanmu,
tapi bila di belakang insan,
mulalah terbuka tembelang si penipu diri,
di belakang insan mula terlerai aturan ibadahmu,
di belakang insan mula hilang kusyuk solatmu,
di belakang insan mula hancur binaan imanmu,
hingga membenarkan kau sebagai pembohong ummat..
dan wahai pengelar pejuang,
wahai pelakon kosong,
wahai penipu diri,
hatiku sentiasa sedih dengan karaktermu,
sering hampa dengan lakonan tipuan dirimu,
sering lemah melihat mainan cinta teratasmu,
hingga terkadang menitis air mata memikirkan dirimu,
yang hanya suratannya indah tapi siratannya punah..
tapi wahai pejuang,
kata-kataku bak bilahan pedang yang tajam dihadapanku,
yang sentiasa menanti untuk menikamku semula,
kerna aku jua wahai pejuang,
adalah sepertimu,
memikul urusan ummat dibahuku,
hingga cukup takut dengan diriku,
andai diri ini hanya menjadi pengelar,
andai diri ini hanya menjadi pelakon,
andai diri ini hanya menjadi penipu diri..
namun wahai pejuang,
aku juga mengetahui fitrahnya insan terleka,
lumrahnya manusia itu pelupa,
tapi itu bukan alasannya, malah sebagai pengingat alpa,
untuk tidak menyamai lagi dengan pengelar itu,
yang hanya pandai mengelar dirinya pejuang,
untuk tidak menyamai lagi dengan pelakon itu,
yang hanya suka berlakon kosong dihadapan manusia,
untuk tidak menyamai lagi dengan penipu itu,
yang hanya hebat menipu diri sendiri,
tapi wahai pencinta kebenaran,
jadikan dirimu bak cahaya suci yang memberi sinar erti pejuang,
jadikan dirimu seperti rama-rama yang menghiasi dihati ummat,
jadikan dirimu seakan manusia yang berdiri teguh,
memandang tepat ke arah syurgaNya,
dengan mengalir darah cinta teratas,
tanpa pernah merasa tempias keduniaan,
sambil berkata...
aku menjual diri ini untukMu, wahai kekasih hati..
saksikan cintaku untuk agamaMu....
ayuh selamatkan ummatmu wahai pejuang...
~Abdullah